• Full RSS Feed

    Follow Me

    Ikuti jejak oketrik di Twitter.
  • E-Mail Delivery

    Via E-Mail

    Trik yang di oketrik ke email kamu?? buruan langganan...!!!.
  • Facebook Fans

    Fans Facebook

    Buruan gabung oketrik Di facebok.

0 Anak 'Ajaib' Chairul Tanjung

KOMPAS.com — Trans Corp atau juga dikenal dengan Para Grup dikenal sebagai salah satu kelompok bisnis terkemuka di Indonesia. Trans TV, Trans 7 yang bekerja sama dengan kelompok Kompas-Gramedia, dan Bank Mega menjadi usaha-usaha bisnis Trans Corp yang mengemuka dan dikenal di Indonesia. Bulan April lalu, Trans Corp melalui Trans Ritel mengakuisisi 40 persen saham PT Carrefour Indonesia yang selama ini didominasi Carrefour yang berpusat di Perancis. Kini Trans Corp menjadi pemegang saham mayoritas tunggal di PT Carrefour Indonesia yang memiliki 82 gerai di 23 kota di Indonesia.

Apa latar belakang akuisisi Carrefour Indonesia oleh Trans Corp. Berikut wartawan Kompas Pieter P Gero dan Tjahja Gunawan Direja dengan Chairul Tanjung, pemilik dan pemimpin Trans Corp, berkaitan dengan filosofi pengakuisisi Carrefour Indonesia dan bagaimana dia mengelola usaha bisnisnya yang relatif belum lama berkembang. Chairul Tanjung yang masuk dalam daftar orang-orang kaya sejagat versi majalah Forbes (edisi Maret 2010) ini juga relatif masih muda. Pada 18 Juni ini, dia akan berusia 48 tahun.


Misi spesial antara bisnis dan idealisme, terutama dengan akuisisi Carrefour, ke depannya bagaimana?

Saya selalu percaya bahwa antara bisnis dan idealisme ada kaitannya. Banyak orang bilang kalau bicara bisnis ya bisnis saja, idealisme ya idealisme saja. Ini seperti minyak dan air. Sementara semua percaya, sejak saya mulai berusaha, bisnis dan idealisme ini bisa digabungkan, dan kalau bisa digabungkan secara baik, akan mempunyai sustainability, kemampuan untuk bertahan jangka waktu panjang, Ini kepercayaan yang saya anut sejak saya mulai berbisnis sampai hari ini. Oleh karena itu, setiap bisnis saya selalu berpikir bagaimana bisnis ini bagus secara bisnis dan juga bagian dari idealisme. Makanya dalam setiap bisnis saya selalu dibicarakan bisnisnya begini dan idealismenya begini. Dengan begitu, tidak perlu dipertentangkan antara bisnis dan idealisme. Selalu bisa berjalan.

Itu yang pertama. Kalau soal Carrefour, bagaimana dengan Carrefour. Soal Carrefour ini, kan perusahaan ritel terbesar di Indonesia. Omzetnya tahun lalu (tahun 2009) sekitar Rp 11,7 triliun. Tak ada yang lebih besar. Tadinya milik asing. Buat dia orientasinya jelas. Prospek ekonomi bagus, konsumennya besar, stabilitas ekonomi dan politik, jadi bagus.

Mereka tak tahu bahwa distribusi itu penting untuk dijadikan alat memajukan perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan rakyat, buat mereka yang pertama karena tidak tahu dan lainnya emang gua pikirin. Kita masuk karena kita lihat ritel ini sesuatu yang luar biasa. Tapi apa salahnya kalau jaringan bisnis yang begitu hebat kita tumpangkan tanpa mengurangi bisnisnya, dengan tujuan agar perekonomian nasional maju lebih baik dan sehat, dan orang-orang yang selama ini belum mendapat kesempatan ke aspek pasar, aspek ekonomi, kemasan, dan sebagainya bisa tumpang, bermitra sekaligus. Secara bisnis saya tidak merugi, tetapi secara idealisme saya bisa memberikan sesuatu kepada bangsa ini.

Sejak kapan mulai tebersit mengambil Carrefour?

Sebenarnya berpikir ambil Carrefour itu tak ada. Tidak berpikir karena Carrefour itu begitu besarnya. Wow... tidak kepikir. Hanya saya selalu percaya, kita manusia berencana dan Tuhan menentukan. Carrefour ini bukan kita yang cari, tapi mereka yang datang. Mereka menyewa konsultan untuk mencari potential partner yang baik dan strategik di Indonesia. Muncul 20 nama, ada kita di dalamnya. Ciut menjadi 10 masih ada nama kita, ciut menjadi 5 ada kita, dan ciut menjadi 2 ada nama kita. Datang dan dua ini dijajaki.

Saya katakan bahwa setuju ambil alih Carrefour dengan catatan tak mau menjadi silent partner. Saya tak mau menjadi Alibaba. Kalau mau, saya pemegang saham terbesar. Saya mau misi dan visi kita seperti pengembangan UKM, bermitra dengan pasar tradisional, hubungan dengan pemerintah pusat dan daerah, kemasyarakatan kita berjalan. Juga sinergi dengan usaha kita yang ada bisa berjalan. Kalau mau oke, kalau tidak silakan cari mitra lain.

Setelah mereka lihat, ya memang bisnis kaya begini yang perlu di Indonesia. Jika tidak, sustainability tidak bisa berjalan. Akhirnya mereka bersedia, mulai berunding harga. Cepat sekali.

Berapa lama proses runding harga?

Semua proses mulai perundingan tidak lebih dari tiga bulan. Sangat cepat. Kalau Tuhan berkehendak, jadi ya jadi. Biayanya sangat cepat. Tak ada fee untuk pihak ketiga. Deal di Indonesia, perundingan di beberapa negara di India, Indonesia, Perancis. Tapi penandatanganan kesepakatan beli di Perancis dan di Jakarta.

Terinspirasi dari mana?

Saya mulai berbisnis sejak mulai kuliah tingkat I di FKG UI. Idealisme ini muncul karena keluarga saya tidak mampu. Bagimana ibu saya harus menggadaikan kain halusnya untuk membayar kuliah saya. Saya tidak bisa menerima dan ingin berusaha. Intinya agar kuliah saya bisa dibiayai oleh saya sendiri. Syukur, bisnis informal yang saya kerjakan semuanya (di kampus jual stiker, tas, buku, penjilidan buku), dan bertahap dan tingkat IV mulai bisa biayai keluarga (total tujuh saudara kini enam karena satu meninggal). Kesulitan keuangan, aktivitas semasa SMP dan SMA dan kuliah, menjadi pendorong utama. Ada akumulasi bahwa berbisnis itu harus cari untung, laba, cari uang. Uang penting, tapi tak segalanya. Ini membuat saya bisa akumulasikan bisnis dan idealisme ini. Pengalaman batin ini. Kalau saya anak orang kaya, tak bisa ini. Tetapi karena saya anak orang miskin dan sudah mulai aktif cari uang sejak SMP, jadi saya sangat paham akan bisnis dan idealisme ini.

Apakah ingin menjadi penguasa?

Saya demonstran, juga mahasiswa teladan, dan kini pengusaha. Sampai hari ini saya selalu bisa mengendalikan diri saya untuk tetap sebagai seorang pengusaha, walaupun dorongan dan ajakan dari pihak lain untuk ke politik sangat kuat. Syukur sampai saat ini saya bisa meyakinkan semua pihak bahwa menjadi pengusaha itu juga penting.

Menjadi pengusaha kan juga bagian dari idealisme tadi?

Iya dong. Saya punya karyawan kini lebih dari 50.000 orang. Semua karyawan grup keseluruhan. Ini yang langsung, bukan yang terafiliasi. Kalau saya tetap berusaha, lima tahun lagi bisa di atas 100.000 orang dan mungkin 10 tahun lagi menjadi 500.000 orang. Kalau saya menjadi penguasa, mungkin saya tidak bisa melakukan hal ini, memberikan kesejahteraan langsung kepada begitu banyak orang. Sekonkret itu. Mungkin saya bisa berbuat lewat perbaikan regulasi dan sebagainya, tetapi efek langsungnya tidak bisa. Sebagai pengusaha bisa langsung

Sepertinya Pak Chairul itu senang sekali soal detail, sampai hal yang kecil diperhatikan?

Saya ini seorang perfeksionis. Saya detail man. Artinya, segala sesuatu itu saya mau tak boleh setengah, asalan. Asal ada. Ini penting. Banyak orang bicara makro, tapi tak paham mikronya. Sebaliknya ada yang bicara mikro, tapi kurang makronya. Saya pemimpin utama perusahaan besar harus memahami makronya dan juga bisnisnya harus mengerti. Dengan begitu, sebuah pemimpin unit tahu persis dan tak bisa membohongi saya. Tak bisa ada laporan asal bapak senang. Dia tahu, kalau dia lakukan itu, saya pasti tahu, saya pasti marah. Dan saya menjamin bisa melakukan sesuatu yang rinci lebih baik dari pimpinan unit. Karenanya, mereka juga melakukan sesuatu juga harus melakukan ke bawah dengan sangat rinci, detail, dan perfeksionis. Jadi aliran perusahaan di semua bagian juga baik dan lancar.

Apakah perlu melakukan pemeriksaan mendadak atau diam-diam ke setiap unit?

Saya tidak pernah melakukan incognito (rahasia), tetapi kalau ke Carrefour itu bagian dari tugas saya. Di sana saya bicara bukan saja dengan manajernya, tetapi juga dengan penjaga tokonya. Tidak hanya dengan CEO-nya, tetapi juga berbicara dengan pembelinya sehingga mendapat masukan yang komprehensif. Makanya saya tahu berapa harga jeruk pontianak dan mandarin. Semua ini karena saya melakukan bisnis dari bawah sehingga bisa mengetahui detail, termasuk juga menghargai orang lain. Kalau hanya bicara dengan CEO-nya, bagaimana bisa menghargai orang di bawahnya dan di bawahnya lagi. Jujur saja, sekarang saya tidak banyak mengenal orang secara nama, soalnya sudah 50.000 orang. Namun, kalau saya ke mana pun, termasuk ke daerah, akan berupaya berdialog dengan mereka. Jadi saya mengetahui kondisi mereka.

Bagaimana persisnya hubungan yang pas antara pengusaha seperti Chairul Tanjung dan pihak penguasa?

Persisnya kita harus bicara soal Indonesia Incorporated. Jangan lagi bicara bahwa saya penguasa sehingga pengusaha harus datang ke saya untuk meminta-minta dan deal-deal tertentu. Sudah lewat masa itu. Juga pengusahanya jangan berpikir bahwa harus dekat dengan pejabat atau pemerintah biar dapat konsesi, dapat hak monopoli dan perlakuan khusus. Era-era seperti ini sudah lewat. Saat ini adalah pengusaha harus bilang bahwa pemerintah tugas Anda adalah membuat regulasi yang baik agar kami para pengusaha bekerja dengan baik dan saya akan melakukan tugas saya sebagai pengusaha sebaiknya, sehingga saya bisa membuat keuntungan yang besar dan bisa bayar pajak sebesar-besarnya untuk negara.

Saya juga akan membuat usaha ini memberikan manfaat bukan saja untuk saya, tetapi juga untuk sebesar-besarnya bagi bangsa ini. Kalau semua pengusaha dan penguasa bisa seiring sejalan seperti ini, insya Allah 10 tahun dari sekarang saya jamin Indonesia bisa sejahtera makmur.

Yang ada sekarang ini bagaimana?

Nah itu problemnya, masih ada pengusaha yang masih suka main-main dengan penguasa, minta konsesi dan keistimewaan. Sementara ada juga penguasa yang senang juga bermain-main dengan pola itu. Nah kalau kita bisa memutuskan mata rantai ini, sebagian permasalahan bangsa ini akan terselesaikan.

Bicara soal pajak tadi, bagaimana pandangan bahwa pajak bagian dari demokrasi ekonomi?

Bagi saya, kalau rugi memang tak perlu membayar pajak, tetapi kalau untung, apalagi untung besar, ya harus bayar pajak dong. Saya di sini, saat karyawan pertama kali mendapat bonus besar, mereka kan selama ini tidak merasa membayar pajak karena sudah dibayarkan perusahaan. Gaji yang diterima itu sudah dibayarkan pajaknya oleh perusahaan. Mereka tidak tahu pajak yang dibayarkan itu bisa satu setengah kali dari gaji yang dibayarkan ke mereka. Karena tak pernah, saat dapat bonus saya bilang Anda semua harus bayar pajak, semua kaget. Apalagi waktu itu pajak masih 35 persen, belum turun seperti sekarang 30 persen. Semua terpukul. Terpotong besar. Karena selama ini yang bayar pajak oleh perusahaan, kini harus bayar sendiri. Kini mereka merasa biasa membayar pajak itu. Ini kisah nyata.

Boleh dikatakan usaha bisnis yang dirintis ini sudah menjadi sebuah imperium ?

Saya tak peduli dengan istilah atau sebutan apa. Tujuan saya pertama adalah bisa punya perusahaan yang bisa memberikan keuntungan dan maju. Dan alhamdulillah tidak ada satu pun perusahaan dalam Para Grup yang merugi. Kedua, perusahaan harus tumbuh dan tumbuhnya cepat. Mengapa? Karena makin tumbuh, makin banyak tenaga kerja yang bisa diserap dan bisa sejahtera. Bank Mega contohnya, setiap tahun membuka 50 sampai 100 cabang. Satu cabang butuh 30 orang. Jadi 100 berarti sudah 3.000 orang langsung direkrut setiap tahun. Ini baru satu perusahaan. Belum perusahaan lain.

Ketiga, kalau saatnya nanti, perusahaan ini harus menjadi jawara. Paling tidak di Indonesia. Pemain nomor satu, ya kalau bisa nomor dua. Tapi nomor satu lebih baik. Mengapa? Sebagai persiapan pada saatnya nanti perusahaan-perusaahaan ini harus bisa menjadi pemain global. Syaratnya, harus jawara dulu di Tanah Air. Jangan bercita-cita menjadi pemain global kalau belum jawara di Indonesia. Apalagi di luar negeri. Jadi harus ada tahapan yang dilalui. Tak peduli imperium, tetapi tiga hal tadi saya lakukan. Seperti Carrefour kalau sudah besar, biar bisa angkat yang lain. Kita semua pemilik Carrefour. Beda kalau pemiliknya hanya Chairul Tanjung. Itu kunci, saya mau semua bisnis saya seperti itu.

Masih ingat tahun 1998, kita buat Gerakan Mega Berbagi, dengan membagi paket sembako kepada 100.000 orang. Apa komentar orang saat itu, Chairul Tanjung orang gila, lagi susah kok dia malah bagi-bagi. Mungkin karena saya banyak memberi, maka Tuhan bilang boleh juga ini anak baik juga kalau diberikan banyak lagi biar dia bisa bagi-bagi lagi. Itu tahun 1998, 12 tahun dari sekarang. Waktu itu belum apa-apa, apalagi sekarang.

Cukup cepat, makanya muncul gosip ada orang lain di belakang?

Ada yang bilang ini perusahaan Anthony Salim. Ada yang bilang keluarga mantan Presiden Soeharto di baliknya. Karena ada Bank Mega, dibilang ada kaitan dengan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri. Juga ada kaitan dengan tentara segala. Saya pernah bilang, demi Allah tidak ada satu pun uang mereka. Kita belum dewasa. Karenanya, begitu ada "anak ajaib", kita tidak percaya.

Ada istilah pribumi dan nonpribumi, nasionalis dan sebagainya biar dapat proyek?

Eranya sudah lewat soal pribumi dan nonpribumi. Filosofi saya, kalau dia itu nonpribumi tetapi melakukan sesuatu yang hakikatnya sangat berarti bagi bangsa ini, saya tidak peduli. Kalau dia berbuat baik bagi bangsa ini, biar dia nonpribumi, dia adalah warga negara yang baik. Kalau pribumi dia lakukan itu, maka dia warga yang baik.

Kalau dia pribumi atau nonpribumi tapi tidak lakukan itu, maka dia bukan warga yang baik. Lepas dikotomi soal pribumi dan nonpribumi itu. Ini filosofi saya. Kalau ada pengusaha pribumi dan berupaya untuk mendapat proyek pemerintah, maka dia warga negara yang tak baik, pengusaha tidak baik. Filosofi sekarang ini harus yang bersih. Saya tegaskan, tidak ada bisnis saya yang terafiliasi dengan pemerintah. Saya tak pernah ikut tender. Juga tak pernah dapat proyek, tak dapat konsesi khusus maupun monopoli. Saya pembayar pajak yang cukup baik. Saya bisa buktikan terbalik bahwa uang ini dari mana, uangnya ke mana. Semuanya terekam.


Filosofi ini soal nilai, tidak kelihatan, bagaimana bisa sampai ke semua jajaran?

Budaya nilai ini berdasarkan panutan. Kalau Anda mau anak buah Anda bekerja keras, maka Anda harus memberikan contoh bekerja keras lebih dibanding anak buah. Saya masih menjadi orang terakhir yang pulang dari kantor setiap harinya. Sekitar jam 1 pagi. Kalau ada yang bilang dirinya pekerja keras, saya mau tanya apakah dia lebih keras dari saya. Saya juga tak pernah mengambil uang satu peser pun dari perusahaan untuk kegiatan pribadi saya. Uang yang saya makan adalah hak saya sama seperti haknya pegawai.

Gaji dan bonus, baru belakangan ini saya buat dividen untuk saya dan keluarga. Setahun lalu, untuk beli rumah di Teuku Umar. Sebelumnya, saya tinggal di Kompleks Deplu di Kreo, Tangerang. Saya buktikan saya orang sederhana, jangan konsumerisme. Tidak ada yang berbeda. Ini saya berikan contoh pada mereka. Bukan berarti saya tidak berikan kompensasi yang terbaik bagi karyawan. Nilai ini saya terapkan sama di dalam perusahaan. Tak ada mereka di sini yang gaji tinggi lantas naik Ferrari.

Sistem manajemen modern?

Tentu saja kami terapkan seiring dengan sistem nilai yang ada.

Masih sering makan di warteg pinggir jalan?

Masih makan soto. Kalau saya ke luar kota, saya sempatkan makan makanan tradisional. Ini kenikmatan yang tidak bisa dibeli, terbaik. Hidup cuma sekali. Saya sejauh ini tidak ada penyakit serius (jarang periksa). Olahraga ada, tetapi tidak rutin.

Bisnis yang beragam ini bagaimana?

Ada kelompok finansial, seperti bank, ini kelompok keuangan. Ada lagi bisnis media dan gaya hidup atau entertainment, ini satu bidang lagi. Dan satu lagi di natural resources, sumber daya alam. Jadi hanya ada tiga bidang usaha. Dikelompokkan. Yang di media sendiri dibagi lagi atas media, entertainment, dan gaya hidup. Sumber daya alam, kita cuma punya kebun kelapa sawit, belum banyak.

Soal Carrefour, apakah nantinya juga bisa menjadi ajang ekspor produk kita?

Ya kita sedang bicara dengan Carrefour di ASEAN, tapi belum rinci karena masih di tangan pemimpin negara bersangkutan. Kalau ambil alih Carrefour di negara lain, karena ini aturan ketat menyangkut negara, harus deal dengan kepala negara. Dengan Carrefour-nya oke, soal harga dan sebagainya. Di negara lain memang ketat, deal dengan kepala negara, di sini saja yang enak.


Ambil Carrefour agar menjadi tameng menghadapi tuduhan persaingan di dalam negeri?

Kalau menjadi tameng mungkin hanya dikasih 10 persen sajalah. Tetapi kalau menjadi pemegang saham terbesar jelas tidak. Apalagi ini ambil alih riil, bukan duit-duitan. Pinjam uang dari perbankan internasional. Apa ada dalam sejarah Chairul Tanjung mau menjadi tameng orang. Rasanya rezeki dan harga diri saya tidaklah. Saya kini punya hak memasukkan empat direktur dalam Carrefour. Berunding dengan Perancis ini dikenal sulit dan rumit. Tapi hanya satu bulan dan karena berlangsung intensif. Kita meraih pinjaman 350 juta dollar AS. Kalau tak punya kemampuan itu, tidak mungkin tanpa ada kepercayaan, track record, dan relation.

0 komentar:

Posting Komentar